Merdeka yang Terpenjara



Untuk sesaat,

Habiskan waktu mengemban memori, dirgahayu di hati,

Rayakan di tempat peristirahatan sejenak.

Namun sesaat tersadar, merdeka belum selesai.

Hardikan musuh di depan, tidak terlihat, tidak terjamah.

Pembantaian dalam sekejap mata, namun yang membedakan,

kita manusia, berpangku tangan, melawan hingga muncul tanda perubahan.

Sampai waktunya tiba,

Kita terpenjara,

Sambil menunggu kemerdekaan yang sesungguhnya.

Menjadi Manusia



Kehidupan mungkin adalah sebaris pertanyaan yang diberikan secara lisan. Mereka tidak pernah mengajarkan dengan apa dan bagaimana cara menjawabnya. Kita hanya bisa mencoba dan menerka hingga berputus asa. Namun, banyak sekali hal-hal indah yang bisa dilakukan, menyerah adalah bukan salah satunya.

Cerita, cinta, realita dan cita-cita adalah beberapa bab yang bisa kita baca dalam buku kehidupan. Tidak ada salahnya untuk membolak-balikan halaman tersebut dan membacanya berulang-ulang, tetapi dengan terus melanjutkan ke lembar berikutnya adalah salah satu cara untuk menyelesaikannya. Pasti banyak cerita yang tidak menyenangkan, tetapi dari situ juga kita mendapatkan pengalaman.

Mari kita bersama dan bercerita kepada sekitar, tentang apa yang telah diberikan kehidupan kepada kita, dari mulai amarah hingga bahagia. Barangkali beberapa diantaranya berguna bagi mereka yang sedang dilanda masalah.

Mungkin kini saatnya kita menjadi manusia sepenuhnya, sebab kita adalah manusia yang masih belajar menjadi salah satunya dan terlalu lama tidak pernah benar-benar ada disana.

Killing The Time



Sambil menunggu jadwal penerbangan selanjutnya, barang-barang di atas sangat membantu saya untuk mengisi waktu luang

Garis Kunci Pas



Mendapat ban kempes di sore hari yang mendung, membuat saya harus mampir ke bengkel terdekat. Dan itu dia .. Satu set kunci pas berbaris rapi ... Jadi saya mengambil ponsel saya, mengatur kamera ke mode B / W dan memotretnya..Voillaaaa

Sudahkah Anda Mempelajarinya?



Ini salah satu rujukan saya menghadapi ujian di bulan november mendatang. Saya telah menyalinnya, tetapi sepertinya saya tidak pernah punya cukup waktu untuk membuka, membaca, dan mempelajarinya.

Menunggu Dalam Diam



Foto diambil di salah satu koridor kampus Universitas Airlangga Kampus B saat menunggu ujian.

Bahagia Itu Sederhana



Semua berhak untuk senang

Semua orang berhak merasakan senang, menjadikan, itu sebagai pelengkap hidup, sebagai penunjuk hidup, banyak kejadian dapat membuat kita bahagia seperti halnya menemani teman, menolong sesama, mengajarkan sesuatu pada seseorang, itulah hidup saling meminta dan memberikan dengan kedua itu akan menghasilkan sebuah nama yang disebut senang, senang tidak pernah salah, senang selalu ada pada tempatnya, selalu tepat waktu, tahu waktu yang tepat untuk menunjukkannya. Kita tahu senang harus selalu menemani kita untuk menjauhkan kita dari hal buruk, seperti galau, depresi, dan rasa suntuk.

Akan tetapi kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup itu sepertinya beda tipis sekali. Seperti ketika kita sedang tertawa puas atau terharu bahagia, tak sengaja air mata kita pun basah membasahi sudut pelupuk mata. Begitulah kehidupan, tak ada kebahagiaan yang terus menerus tanpa jeda, Begitupun kesedihan.

Kebahagiaan dan kesedihan, kemudahan dan kesulitan, luas dan sempit, tawa dan airmata, selama hayat masih dikandung badan, akan selamanya berkontribusi untuk mewarnai cerita kehidupan kita. kebahagiaan adalah kesetiaan, setia atas indahnya merasa cukup, setia atas indahnya berbagi, setia atas indahnya ketulusan berbuat bakti.

Hal yang paling menyakitkan

Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita sedang sangat sedih tapi saat tidak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita sedang senang tapi justru tidak ada satu pun teman untuk membagi kebahagiaan tersebut.

Bahkan Saat kita tertawa, hanya kita yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. mungkin, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Bisa jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang luar hanya melihat cover.

“Pagi kau bahagia, siangnya kau merasa tersiksa. Detik ini bahagia, sedetik kemudian merasa nelangsa. Tidak ada bahagia selamanya. tidak ada resah yang tak berujung, pikirkan segala hal adalah kebahagiaan. Senangmu juga susahmu.”

Terkadang kita juga lupa bagaimana menciptakan kebahagiaan , yang telah tertutup kegundahan Sehingga melupakan kebahagiaanya sendiri. menyingkirkan bagaimana tertawa hanya karena untuk menemani kesedihan cinta yang telah lama terbuang olehnya.

Sebenarnya kita sendiri yang bisa membuat kebahagiaan itu berupa tawa lepas atau tawa tangis di lubuk hati, kita sendiri yang mau memilih kesedihan yang tak berujung seolah - olah tak ada gunanya hidup, menyisihkan arti tawa dan gembira hanya untuk menjadi sedih yang meronta.

Salam merdeka,
Muhammad Fauzan,
On Blogger since, 2020

Mengeluh, Meresah, Kecewa



Kenyataan berbanding terbalik

Di sini aku dihadapkan oleh kenyataan yang berbanding terbalik, bukannya tidak sesuai ekspetasi, tapi sifat yang terkesan tertukar satu sama lain. Dahulu dari pihak sebelah lah yang berusaha, mencari cara, bahkan mengalah. Namun sekarang sifat itu digantikan oleh pihak samping. Dulu yang terkesan cuek, ambisius dengan tujuannya, sekarang di tempati pihak sebelah.

Heran, kenyataan dan doa tentang tuhan yang membolak – balikan hati adalah memang benar adanya. Tapi yang telah baik pun tak lupa dia balik juga, mungkin jika ada seseorang yang ikut memahami alur ini, pasti juga berkata bingung dan bimbang melihat fenomena yang gila ini.

Bukan lagi sedih yang aku dapat tapi, bingung. Bingung dengan alur kehidupan yang serasa di balik begitu saja bukan malah mendapati ujung masalah tapi serasa diputar kembali dengan alur yang sama, lingkungan yang sama, hanya saja karakter yang di set ulang.

Sedihnya lagi, aku sebagai anak kecil yang baru dewasa, baru mengerti kebangsatan dunia, diharapkan untuk meluruskan masalah ini. Serasa hari – hari merasa bersalah jikalau bersifat acuh tak acuh, juga bersalah jika ikut campur dengan lingkaran setan ini.

Selanjutnya dengan saran – saran gagal yang aku ungkapkan di hari lalu, tiba – tiba saja di pihak yang menolak dulu menerima bahkan meminta, begitu pula dengan pihak yang menerima, sekarang berubah merasa terhina jika menerima permintaan itu.

Masa bodoh

Ayolah, aku yang dahulu memang beridealis untuk menyebarkan kebenaran, menjadi pendengar dan penenggah seolah – olah hanya aku yang bisa ( memang ), juga sekarang yang aku sendiri pun malas bahkan sebenarnya tak mau lagi ikut gulat tanding petarungan ini ( Tidak lupa, aku juga di balikkan perasaanku ) diharuskan untuk memulai apa yang aku belum mulai dulu.

Dulu yang berpikir seolah – olah jalan pasti ada dan lagi tuhan yang selalu di nomor satukan. Berbanding terbalik dengan aku yang sekarang dengan sifat pesimis tak lagi mau berjuang, bahkan ingin rasanya menghindari setiap keputusan yang mereka buat, malahan tak ingin tahu menahu.

Memang tak ada lagi kata perasaan untukku, sulit rasanya melihat diriku tersenyum untuk diriku sendiri di depan cermin, seolah tak ada lagi yang bisa aku harapkan untuk diriku sendiri. Aku yang dulu menjumpai banyak mimpi pun takluk dengan kenyataan hidup yang pahit. Sial rasanya dikala aku hanya ingin fokus dengan satu tujuan yang tak tentu, tapi di halang – halangi dengan masalah yang tak berujung selesai. Sampai – sampai sifat ku yang tegar dan kuat terkikis sedikit demi sedikit oleh waktu, malas menghadapi dunia, benci dengan hubungan, merasa jijik dengan asmara.

Berakhir dengan rasa bersalah

Menulis, menulis, mengeluh hanya itu yang bisa aku lakukan, ingin di nasehati tapi tak ingin diberi jawaban. Berselisih dengan harapan karena tau dengan kenyataan, berdebat perihal mana yang benar mana yang salah yang akhirnya berakhir dengan aku sendiri lah yang sebenarnya benar – benar salah.

Berbincang ber jam – jam untuk mendapatkan nasehat, sekarang tergantikan oleh haus akan perhatian. Beribadah setiap saat di lengserkan oleh mengeluh, ya begitulah aku yang mungkin saja tak tahu lagi siapa aku, serasa hilang setiap jengkal kepribadian, dan tergantikan oleh sifat daur ulang dari orang – orang yang sok peduli, sok benar dan pastinya kepahitan dunia.

Inilah aku yang sekarang lebih menyukai tinta di atas kertas bukan dengan orang yang datang memelas, seperti sudah lelah melihat yang tidak tentu, baik melihat sesuatu yang nampak dan tak berubah.

Salam merdeka,
Muhammad Fauzan,
On Blogger since, 2020

Toto Parenrengi Muhammad Fauzan
Manusia Merdeka

Kenyataan Pahit



Menghadapi Kenyataan Dunia

Belum pernah diri ini siap menghadapi kenyataan tentang dunia itu kejam dan tak adil, terlihat dari sifatku yang terlalu percaya orang lain dan terlalu mudah dikontrol orang lain, malu pastinya sudah berumur tapi pikiran tetaplah bocah yang bagai terkurung di kandang.

Sifat yang terkadang takluk oleh keadaan, membuat membenci kenyamanan, di mana kenyamanan sangat merusak impian, tapi juga terlalu serius itu pun pasti membuatku lupa diri.

Di mana kata idealis yang selalu kau bicarakan itu, di mana semua buku yang mengandung kekuatan itu?, kenapa hanya tersisa dirimu yang menjijikan ini, bahkan jiwamu sendiri tidak rela berlama - lama di tubuh ini.

Apalagi seorang bocah ini selalu hilang tujuan, seperti hal nya air yang selalu mengalir mengikuti jalur. Ingin rasanya Menjadi batu sungai saja, yang tidak mudah diatur oleh air, dan tak juga mudah dikalahkan oleh batu lain.

Persetan dengan kehidupan orang lain, hidupku sendiri pun belum pernah baik – baik saja.

Beranggapan pesimis

Sebenarnya heran juga dengan diri sendiri selalu beranggapan pesimis jika persentase sesuatu belum melewati 50 persen.

Seperti hal nya teman, selalu mengalami kebutaan di kala berteman, merasa tak cocok berteman dengan mereka, dan merasa mereka juga tidak menggangap teman.

Padahal nyatanya banyak yang peduli, seperti berita tentang ku selalu terdengar banyak orang, walaupun tak pernah terucap langsung dari mulutku, ataupun dari tangan ini.

Dan juga keputusan yang selalu salah, seperti hal nya mempunyai pikiran yang salah tentang kesalahan mu. Beranggapan akan berdampak pada teman mu juga, merasa seperti si pembawa sial, tapi ingat jangan menghilang !!.

Mungkin sebutan kata terlarang pantas untuk itu, jadi mulai sekarang setiap jengkal dari kesalahan yang kau perbuat biarkan mereka yang memutuskan untuk tetap lanjut berteman atau menghilang, jangan kau buat keputusan atas diri mu sendiri.

Semua tulisan ini murni dari pikiran yang turun melalui ketikan sendiri. Curahan saat mengalami penuhnya pikiran saat menghadapi suatu kenyataan pahit. Memang ini satu - satunya tempat yang tepat untuk menuang semua beban pikiran.

Salam merdeka,
Muhammad Fauzan,
On Blogger since, 2020

Toto Parenrengi Muhammad Fauzan
Manusia Merdeka